SEMARANG (Sigi Jateng) – Badan Koordinasi Lembaga Pendidikan al Quran (Badko LPQ) Kota Semarang menyelengarakan kegiatan pembinaan pendidik LPQ pada. Diselenggarakan secara hybrid, kegiatan yang bertempat di Kantor Sekretariat Badko LPQ Kota Semarang tersebut diikuti sebanyak 350 ustadz LPQ, terdiri atas perwakilan Kecamatan se-Kota Semarang dan juga dari beberapa Kota/ Kabupaten se-Jawa Tengah.

Dalam sambutannya Ketua Badko LPQ Kota Semarang, Bahrul Fawaid, menyampaikan bahwa LPQ mempunyai peran penting dalam menyiapkan sebuah generasi.

“Marena cakupan peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran di LPQ mayoritas berusia di bawah 12 tahun. Usia yang penting dalam menanamkan idealisme bagi seseorang,” ujarnya, Selasa (26/7/2022).

Badko LPQ Kota Semarang mempunyai visi terwujudnya generasi qur’ani yang kokoh dalam aqidah, rajin dalam ibadah, berakhlakul karimah, dan cinta tanah air Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, Badko LPQ Kota Semarang bertekad untuk mengawal agar nilai-nilai moderasi beragaman senantiasa ditanamkan kepada anak didik di LPQ sejak dini, antara lain melalui lagu, tepuk, yel-yel, & ikrar santri yang berisi tentang ajaran integrasi keesaan dan nasionalisme.

“Badko LPQ Kota Semarang siap mendukung Pemerintah untuk bekerja sama menjaga dan merawat NKRI dari paham-paham keberagamaan yang berlebihan,” pungkasnya.

Pada kegiatan tersebut, pendidik LPQ mendapatkan materi Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan Al-Quran dari KH. Taslim Syahlan, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Jawa Tengah dan juga Dosen di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas). Dalam paparannya Taslim menyampaikan bahwa keberagaman yang ada di Indonesia khususnya di Kota Semarang banyak sekali menimbulkan berbagai persoaalan di tengah masyrakat.

“Namun apabila kita dewasa menyikapi, memahami satu dengan yang lain niscaya kerukunan ini dapat tercipta dengan baik, munculnya dinamika di masyarakat melalui konsep pemahaman moderasi beragama dapat lahir melaui sponsor pihak tertentu, dan juga cenderung menyamakan semua agama sehingga dianggap melemahkan agama tertentu,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa melalui dua skenario ini dirasa dapat membangun kerukunan umat beragama yaitu Restorasi Beragama dan juga Moderasi Beragama. Skenario I Melalui Restorasi Beragama bahwa dibutuhkan sikap kedewasaan Beragama, Solidaritas, Soliditas, Intregitas Tokoh Agama/ Tokoh Masyarakat.

“Dalam lingkup Lembaga Pendidikan keagamaam khususnya LPQ tentu sangat dibutuhkan untuk memunculkan rasa saling toleransi sesame lingkungan masyarakat, saling pengertian dengan tugas masing-masing, saling menghormati dengan kebedaan lingkungan masyarakat, mengaharagai kesetaraan bahwa setiap manusia adalah sama dihadapah Tuhan Yang Maha Esa,” tandasnya.

Menurutnya Skenario II melalui penguatan moderasi beragama juga sangat penting karena manusia sebagai hamba yang memiliki kepercayaan tentu harus diimbangi dengan sudut pandang yang luas, sikap yang moderat, seimbang, perilaku yang baik dan santun, adil serta tidak ekstrim karena di beberapa keadaan memang peran dari Guru TPQ selain juga berkewajiban untuk mendidik juga sebagai Control Power agar siswa tidak mudah terpengaruh terhadap segala yang menimbulkan kebencian antar sesame, baik melalui sikap ataupun hal lain yang bisa terjadi.

“Di Kota Semarang khususnya perlu ditingkatkan semangat sinergitas yang dilakukan para pemangku kepentingan dalam penguatan Moderasi Beragama,” paparnya.

Dengan kehadiran narasumber ini memberikan semangat bahwa harus terjalin koordinasi baik pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang, Kementerian Agama Kota Semarang, juga hubungan dengan para Tokoh Agama ataupun Tokoh Masyarakat agar semua saling berperan serta menjaga kerukunan dan kondusitifitas khususnya di Kota Semarang.

Sementara itu Internalisasi Strategis Badko LPQ dirasa sangat tepat dalam membangun skenario orientasi Restorasi Beragama diantara sikap (kedewasaan beragama, solidaritas, soliditas, intregitas) juga Gerakan Moderasi Beragama ( Komitmen Kebangsaan, Toleransi, Anti Kekerasan, Akomodatif terhadap budaya lokal) untuk membentuk karakter melalui Pendidikan Al-Qurán perlu komitmen dari para Asatidz Badko LPQ juga perhatian bagi para santri sebagai peserta didik untuk menerapkan strategi tersebut. (Mushonifin)