Semarang, “Mengajar mengaji, menjadi guru TPQ adalah tugas mulia yang saya yakin tidak semua mampu menjalaninya. Banyak orang yang bisa dan mungkin lebih pandai daripada kita, namun yang mau, yang tentu belum semua. Apa saja secara materi dan ekonomi tidak memiliki nilai kemanfaatan langsung, orang pun berfikir berkali-kali untuk menjalaninya,” komentar dan kesimpulan awal H. Agus Haryadi selaku Wakil Ketua 2 Badko LPQ Kota Semarang, yang disampaikannya pada saat melakukan pekerjaan langsung beberapa usaha ustadz dan ustadzah LPQ di lingkungan kota Semarang, Minggu (23/4/2022).

H. Agus Haryadi menambahkan, dari hasil beberapa kali melakukan langsung di lapangan, etos kerja dan semangat mengajar mengaji dari para ustadz-ustadzah LPQ sungguh luar biasa. “Etos kerja dan semangat mengajar ngaji berimbang dengan perjuangannya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,” ujarnya.

“Ustadzah Tutik berhasil membantu menopang kehidupan keluarga lainnya dengan membuka warung kelontong yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah, makanan ringan, alat tulis kantor, dan keperluan sehari-hari,” lanjutnya.

“Selain ustadzah Tutik, ada pula ustadz dan ustadzah lain seperti ustadzah Umi Makrifah. Aktivitas beliau dari Senin-Jumat, menjual penthol goreng dan penthol kuah di jalan Arjuna dari pukul 10.00 pagi sampai sore, setelah itu beliau mengajar di LPQ Bintang kecil, sedangkan kalau Sabtu dan Ahad karena libur LPQ, beliau berjualan dari pagi sampai malam,” terangnya .

Ia juga memberikan contoh pasangan penggiat LPQ lainnya, yang juga menjadi inspirator yaitu, ustadz Soegijodan ustadzah Arin, yang merupakan pengajar di TPQ yang beralamat di jalan Gurame Semarang Utara. “Berkhidmah mengajar TPQ dari sore sampai bakda isyak, keduanya memiliki impian membuka usaha atau memproduksi gamis dan jilbab dengan merek sendiri. Saat ini, pasangan ini telah memiliki modal sebuah mesin jahit dan mesin obras. Impian tersebut bukan tanpa alasan, sudah sejak lama beliau menerima jasa permak pakaian di rumah kontrakkannya, sekaligus sebagai tempat anak-anak mengaji,” ujarnya.

Gambaran ini menunjukkan bahwasanya semangat dan ghirah berdakwah cinta ayat Allah khususnya di dunia TPQ, harus menunggu petaan ekonomi, atau kelebihan materi. Namun ini semua adalah panggilan jiwa, panggilan hati, dan panggilan iman. “Mereka para penggiat LPQ merupakan teladan bagi kita. Makan dakwah jalan, mengajar ngaji dan TPQ jalan dan upaya ikhtiar ekonomi pun jalan. Luar biasa, semoga kita semua istiqomah menjalaninya. Amin,” tandasnya.(Agus Haryadi)