SEMARANG, suaramerdeka.com - Mencegah radikalisme sejak anak usia dini, Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Wahid Hasyim Semarang

(Unwahas) dan Badan Koordinasi Lembaga Pendidikan al Quran (Badko LPQ) Kota Semarang,

Menggelar pembinaan karakter ahlussunnah waljamaah (Aswaja) dan nasionalisme bagi pendidik LPQ, di Kantor Sekretariat Badko LPQ Kota Semarang, Jl Dewi Sartika Timur XIV 05/05 Gunungpati, Sabtu (16/10).

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu, hadir sebagai nara sumber Ketua Badko LPQ Kota Semarang Dr Bahrul Fawaid dan Katib Syuriah NU Kota Semarang Dr KH In'amuzzahidin, serta diikuti 40 ustadz secara luring dan sekitar 300 ustadz melalui Zoom meeting.

“Dengan mengangkat tema internalisasi karakter ahlussunnah waljamaah bagi pendidik pada LPQ dalam mewujudkan generasi Qurani yang kokoh dalam akidah, rajin ibadah,

berakhlakul karimah, dan cinta tanah air Negara Kesatuan Republik Indonesia, kami ingin dari kegiatan itu bisa para guru bisa mewujudkannya dalam praktik kegiatan LPQ sehari-hari,” kata Fawaid, yang juga Dosen Fakultas Hukum Unwahas itu.

Sebab, lanjut dia, disinyalir sebagian kelompok menjadikan narasi dan doktrin radikalisme untuk kepentingan politik dan ekonomi.

Karena dalam upaya menguatkan ideologi dan nasionalisme, karakter Aswaja dan cinta tanah air dan NKRI perlu dipahami oleh setiap pendidik di LPQ.

“Di Kota Semarang, ada 1.219 LPQ, 4.214 pengajar, dan 49.209 santri. Itu artinya peran penting lembaga dalam mendidik santri sangat memberikan pengaruh besar. Bukan hanya dalam pengetahuan tentang agama, tapi juga diimbangi semangat nasionalisme sejak dini,” kata dia.

Ia menyampaikan, dalam beberapa tahun terakhir, banyak narasi yang dibangun memengaruhi pola pikir yang tidak toleran sesuai prinsip ahlus sunah wal jamaah.

Hal itu menyebabkan keresahan tersendiri apabila LPQ berada di tengah masyarakat yang heterogen dalam hal keagamaan.

“Pendidikan anak adalah sasaran strategis untuk target apapun. Artinya masa pendidikan anak menjadi hal pasti menjadi landasan sulit untuk dilupakan.

Maka penanaman nilai nasionalisme dan kebangsaan kepada anak didik harus diterapkan sedini mungkin, maka pendidik, tokoh yang memberi ilmu sebagai teladan bagi peserta didik hingga kompetensi dan kapasitas dalam penanaman nasionalisme,” tandasnya.

Sementara KH In’amuzzahidin, yang juga dosen UIN Walisongo Semarang, mengatakan, Kota Semarang menjadi salah satu kota yang memiliki nilai toleransi tinggi.

Hal itu sesuatu yang harus dipelihara bersama, khususnya yang terlibat dalam LPQ.

Karena, lanjut dia, keberadaan LPQ tidak lepas dari sinergitas yang baik, antara masyarakat sekitar,

Pemerintah terkait dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang dan Kemenag Kota Semarang.